
Dalam ranah spiritual, aura photography, seperti AuraCam ala Guy Coggins, telah lama dikategorikan sebagai pseudoscience karena efeknya mudah dipengaruhi kelembapan dan tekanan. Riset Jepang ini bukan tentang aura metaphysical, melainkan cahaya metabolik nyata.
Aura farming dan riset aura metabolik manusia menyajikan dua sisi penggunaan istilah aura—satu dramatis dalam dunia maya, satunya nyaris tak terlihat namun nyata secara ilmiah. Keduanya menunjukkan bagaimana manusia terus mendefinisikan ulang apa yang bisa ‘ditangkap’ oleh kamera—dalam social media maupun sains.
Di antara bosan selfie dan ekspektasi digital, tim riset Jepang malah memotret jejak cahaya tubuh kita, menyadarkan bahwa aura sejati tak selalu gemerlap, tapi bisa menjadi petunjuk tentang ritme dan kesehatan biologis yang selama ini tersembunyi.