
Zetizen - Perbincangan hangat tengah merebak di jagat maya. Istilah aura farming menjadi viral di platform seperti TikTok, Instagram, dan X—menggambarkan aksi seseorang yang sengaja menampilkan “energi” layaknya tokoh utama dalam film demi menarik perhatian dan pujian dari pengikut.
Namun di sisi lain, para ilmuwan dari Jepang mengklaim telah berhasil memotret pancaran cahaya tubuh manusia menggunakan teknologi kamera ultra- sensitif, fenomena yang berbeda jauh dari kesan mistis aura farming.
Di ranah digital, aura farming merujuk pada upaya terencana dan sering diulangi untuk menampilkan citra diri yang anggun, keren, atau misterius—bukan untuk kualitas nyata, melainkan sekadar impresi visual.
KnowYourMeme merinci penggunaan istilah ini sejak Januari 2024, saat sebuah video TikTok mempopulerkannya sebagai strategi membangun main-character energy di media sosial. Para pengguna bahkan membuat skenario dramatis: seperti terjatuh dan sengaja ditolong demi memberi kesan heroik, tipikal aura moment ala meme .
Dalam praktiknya, aura farming mencerminkan evolusi cermatnya media sosial: bukan sekadar mengekspresikan diri, tetapi membentuk karakter citra digital di depan kamera, diulang-ulang, demi interaksi dan status. Sebuah budaya performatif yang menuntut intensitas—karena di zona maya, efek visual yang minimal pun bisa memicu efek viral.
Dalam gejolak tren tersebut, riset Jepang justru menawarkan fakta mengejutkan: tubuh manusia memancarkan cahaya lemah sebagai akibat proses metabolisme—fenomena yang disebut ultraweak photon emission (UPE). Tim dari Tohoku Institute of Technology dan Universitas Kyoto berhasil menangkap gambar pancaran cahaya itu menggunakan kamera CCD kriogenik ultra-sensitif. Cahaya ini relatif lemah, ribuan kali lebih tipis dari batas kemampuan mata manusia, tapi nyata dan dapat terdeteksi.
Hasil pengamatan memperlihatkan pola ritme sirkadian: cahaya tubuh paling terang di sore hari, lalu memudar hingga malam. Menariknya, pola ini tidak berkaitan langsung dengan suhu tubuh, karena gambar termal menunjukkan distribusi berbeda.
Mereka tertarik menggali hubungan emisi foton dengan kesehatan dan ritme sirkadian manusia. Sumber : IStock
Kedua fenomena ini, salah satunya sebagai budaya daring dan satu lagi sebagai fakta ilmiah, menarik karena sama-sama menggunakan kata "aura", namun di ranah berbeda. Aura farming melibatkan remaja dan milenial yang ingin tampil beda, berusaha dipersepsikan mengesankan secara visual. Sedangkan riset Jepang melibatkan komunitas ilmiah yang ingin memetakan fenomena biologis yang sebelumnya tidak terjangkau.
ARIS team di Jepang dipimpin oleh Masaki Kobayashi dan Daisuke Kikuchi, yang melakukan pengukuran harian. Mereka tertarik menggali hubungan emisi foton dengan kesehatan dan ritme sirkadian manusia. Itu menjelaskan motivasi ilmiah di balik penelusuran “aura” nyata.
Temuan riset publikasi ilmiah ini muncul pada awal Juli 2025, setelah pengumpulan data sistematis beberapa bulan sebelumnya. Artikel tentang riset ini mulai menyebar luas di media sains . Sementara tren aura farming telah melebar sejak tahun lalu, dengan video viral dan diskusi meme online yang terus bertahan hingga kini.
Aura farming menggunakan teknik editorial: pencahayaan dramatis, angle lambat ala sinema, musik latar mendukung kesan “kemewahan sehari-hari”—semuanya untuk menciptakan kesan yang tak otentik namun memukau dalam hitungan detik. Di sisi lain, riset sains menggunakan kamera CCD kriogenik dan kriogenik untuk mendeteksi foton ultra lemah.
Teknik pada kedua kasus sangat berbeda, meskipun sama-sama “menangkap aura”—yang pertama gegap gempita dan terlihat kasatmata, sedangkan yang kedua berupa data cahaya metabolik yang tidak dapat dilihat manusia tanpa teknologi.
Tren aura farming dikritik karena cenderung menuntut performa terus-menerus dan dapat menyebabkan kecemasan akan citra diri. Artikel di Parents bahkan memperingatkan guru agar tidak terbawa “drama aura” anak di kehidupan nyata. Sedangkan klaim ilmiah soal UPE masih terbatas pada sejumlah sampel dan memerlukan penelitian lanjutan untuk memahami korelasi biologis dan aplikasinya.