zetizen

Melawan Hoax Fraud Investment: Membangun Imunitas Aset

Explore
Source: RDNE Stock Project

Zetizen - Hoax investasi atau fraud investment semakin menjamur di Indonesia seiring meningkatnya antusiasme masyarakat terhadap dunia keuangan digital. Sayangnya, tidak semua informasi yang beredar dapat dipertanggungjawabkan.

Maraknya tawaran investasi dengan janji keuntungan tinggi dalam waktu singkat menjadi ladang subur bagi para pelaku penipuan. Untuk itu, penting bagi masyarakat membangun “imunitas aset” melalui literasi dan perlindungan finansial.

Fenomena ini mengindikasikan adanya kesenjangan antara semangat investasi masyarakat dan kemampuan untuk memverifikasi informasi. Di era digital, penipuan tidak lagi hanya bermodus tatap muka atau brosur fiktif, melainkan hadir dalam bentuk akun media sosial, video presentasi meyakinkan, hingga platform palsu yang tampak profesional.

Memahami Skema Penipuan Investasi

Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sepanjang tahun 2017 sampai dengan 31 Mei 2024 terdapat 1.366 entitas investasi ilegal yang berhasil diblokir. Ciri khas dari skema ini adalah menjanjikan keuntungan tetap yang tinggi (fixed return) tanpa risiko, tidak memiliki izin usaha yang sah, serta mengandalkan sistem perekrutan anggota baru atau multi-level marketing ilegal.

Modus yang digunakan bisa beragam, mulai dari investasi bodong berbasis cryptocurrency yang tidak terdaftar di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI), hingga koperasi simpan pinjam abal-abal yang menjanjikan pengembalian dana fantastis. Korbannya tidak pandang usia dan latar belakang: mulai dari mahasiswa, ibu rumah tangga, hingga pensiunan.

Sumber Data : Otoritas Jasa Keuangan

Penipuan ini bukan sekadar kejahatan ekonomi, melainkan juga bagian dari cybercrime yang memanfaatkan kelemahan regulasi dan minimnya literasi keuangan. Data dari Otoritas Jasa Keuangan khususnya pada tahun 2019 yang dihimpun dari seluruh provinsi, tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia hanya di angka 38,03 persen, jauh di bawah rata-rata beberapa negara ASEAN.

Sementara itu, tingkat inklusi keuangan mencapai 76,19 persen, menunjukkan bahwa akses terhadap layanan keuangan meningkat, tetapi pemahaman masyarakat terhadapnya masih tertinggal.

Membangun Imunitas Aset melalui Literasi Keuangan

Istilah “imunitas aset” merujuk pada ketahanan individu dan komunitas terhadap potensi kerugian akibat informasi menyesatkan atau keputusan finansial yang keliru. Imunitas ini dapat dibangun melalui pendekatan edukatif, kritis, dan kolaboratif. Beberapa langkah penting yang bisa diterapkan oleh setiap individu antara lain:

1. Kritis terhadap informasi

Jangan mudah percaya pada ajakan investasi tanpa proses verifikasi. Informasi palsu sering kali dikemas secara meyakinkan dan disebarkan melalui media sosial atau grup percakapan.

2. Cek legalitas penyelenggara investasi

Pastikan perusahaan atau entitas investasi memiliki izin resmi dari OJK, BAPPEBTI, atau lembaga berwenang lainnya. Masyarakat bisa mengecek legalitas lewat portal www.ojk.go.id atau situs Satgas Waspada Investasi.

3. Kenali profil risiko pribadi

Setiap individu memiliki toleransi risiko berbeda. Jangan mengikuti tren investasi hanya karena “FOMO” (fear of missing out). Sebagai contoh, jika Anda adalah investor pemula, maka produk yang terlalu volatil seperti saham gorengan atau aset digital tanpa dasar harus dihindari.

Menurut laporan OJK dalam Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI), literasi keuangan memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku masyarakat dalam mengelola keuangan dan berinvestasi secara cerdas.

Halaman: