zetizen

Jurassic World Rebirth Bangkitkan Teror Dinosaurus dalam Balutan Horor dan Nostalgia

Movie
Source : jurassicworld.com

Zetizen - Film terbaru berjudul Jurassic World Rebirth kembali menghidupkan waralaba dinosaurus legendaris di layar lebar. Disutradarai oleh Gareth Edwards, karya ini membuka babak baru dalam semesta Jurassic dengan nuansa yang lebih kelam, elemen horor yang kian mencekam, serta penghormatan terhadap kisah orisinal yang telah melejit sejak 1993.

Kembalinya Teror Dinosaurus dengan Nuansa Horor yang Lebih Dalam

Film ini resmi dirilis pada 2 Juli 2025 secara global, dan menjadi salah satu rilisan paling dinanti musim panas ini. Sejak premiernya di London pada 17 Juni 2025, Jurassic World Rebirth menuai berbagai respons positif dari kritikus dan penggemar lama. Dengan menghadirkan dinosaurus hibrida baru bernama Distortus rex dan Mutadon, film ini mengangkat kembali ketegangan klasik antara manusia dan sains yang melampaui batas.

Cerita berlatar lima tahun setelah peristiwa dalam Jurassic World: Dominion. Di tengah upaya eksplorasi genetika untuk keperluan medis, sekelompok ilmuwan justru menemukan bahaya baru: mutasi dinosaurus yang tak terkendali. Hasil rekayasa genetik ini memunculkan spesies baru yang lebih cerdas, lebih kejam, dan sulit diprediksi.

Deretan Pemain dan Kru Papan Atas

Film ini diperkuat oleh akting Scarlett Johansson sebagai Zora Bennett, Mahershala Ali sebagai Duncan Kincaid, serta Jonathan Bailey sebagai Dr. Henry Loomis. Ketiganya membawa dinamika emosional dan ketegangan psikologis yang memperkaya narasi. Penulisan naskah dikerjakan oleh David Koepp, yang sebelumnya menulis Jurassic Park (1993), dan musik garapan Alexandre Desplat memberikan atmosfer sinematik yang mendalam.

Lokasi syuting tersebar di berbagai belahan dunia, mulai dari hutan tropis Thailand hingga pabrik genetika bawah tanah di Malta, memberikan lanskap visual yang megah sekaligus menakutkan.

Visual Efek yang Canggih, Nostalgia yang Terjaga

Efek visual dalam film ini merupakan hasil garapan Industrial Light & Magic (ILM), yang mengombinasikan teknologi CGI canggih dengan penggunaan animatronik praktis untuk menghadirkan pengalaman visual yang terasa nyata dan penuh ketegangan. Film ini menyisipkan banyak elemen nostalgia, termasuk musik latar yang mengutip nada ikonik karya John Williams serta tampilan laboratorium yang menyerupai InGen dari film pertama.

Salah satu kejutan menarik adalah kontribusi Jonathan Bailey dalam skor musik, dengan memainkan klarinet sebagai bagian dari latar adegan emosional, menjadi semacam easter egg bagi penggemar sejati franchise ini.

Respon dan Ulasan Awal: Kembali ke Akar yang Kuat

Menurut ulasan dari Rotten Tomatoes, film ini mendapatkan skor awal 82% berdasarkan tinjauan kritikus. The Guardian menyebut Johansson sebagai pusat perhatian dalam sebuah film yang dianggap “berhasil menghidupkan kembali waralaba yang nyaris punah.” Sementara GamesRadar menyatakan bahwa film ini “berani mendorong horor ke batas baru, lebih jauh dibanding film sebelumnya.”

Meski demikian, sebagian ulasan mengkritisi pengembangan karakter yang kurang mendalam serta subplot yang terasa familier. Namun secara keseluruhan, kualitas produksi dan pesan etika sains yang dibawa dinilai cukup kuat untuk menyegarkan waralaba ini.

Teror yang Diperbarui, Warisan yang Dihormati

Jurassic World Rebirth bukan sekadar sekuel—ia adalah upaya revitalisasi. Dengan menggabungkan visual kelas atas, pesan moral mengenai keserakahan manusia atas sains, serta karakter yang kuat, film ini berhasil menjadi penanda era baru bagi dunia Jurassic.

Dalam dunia perfilman yang sarat waralaba, film ini menunjukkan bahwa jika dilakukan dengan penghormatan terhadap materi sumber, cerita lama pun bisa kembali hidup dengan cara yang memikat. Bagi penggemar lama maupun penonton baru, film ini layak menjadi tontonan wajib di musim panas 2025.