
Zetizen - Senin, 19 Juni 2025, akhirnya menjadi hari penantian bagi khalayak film horor Indonesia. Jalan Pulang, tayang serentak di seluruh bioskop Tanah Air, hadir menyuguhkan kisah dramatis dan supranatural penuh nuansa budaya Jawa.
Film ini dibintangi Luna Maya sebagai Lastini, seorang ibu yang berjuang menyelamatkan putrinya. Bersama Luna turut hadir “ratu horor” Taskya Namya dan Shareefa Daanish, serta aktor kawakan seperti Teuku Rifnu Wikana, Sujiwo Tejo, dan Jajang C. Noer. Film ini disutradarai oleh Jeropoint, kreator thread horor populer di X, dan diproduseri Agung Saputra untuk Leo Pictures dan Legacy Pictures.
Lastini menghadapi tragedi tak terduga — kematian suaminya secara misterius — lalu didera kekhawatiran saat putrinya, Arum (Saskia Chadwick), jatuh sakit tanpa diagnosis medis. Ia percaya anaknya dirasuki kekuatan gaib, dan hanya memiliki waktu hingga ulang tahun Arum di tahun kabisat.
Perjalanan spiritual pun dimulai: menelusuri Pulau Jawa, menemui dukun dan orang pintar, serta menghadapi kekuatan mistis, konflik batin, hingga rahasia kelam yang terbongkar perlahan.
Teaser dan trailer film ini dirilis sejak 15 Mei 2025 di kanal YouTube Cinema 21 & CGV, memicu antisipasi tinggi, Produksi berlangsung selama 38 hari, syuting sebagian besar di hutan Pronosutan, Kulon Progo, dan sisanya di studio Jakarta.
Menurut Agung Saputra, film ini bukan sekadar horor biasa—ia menekankan sisi perjuangan seorang ibu yang “rela mengorbankan segalanya demi anaknya”. Narasi ini membuat Jalan Pulang berdiri di antara genre horor keluarga dan misteri supranatural.
Beberapa kritik mencatat unsur budaya Jawa yang kuat dan teknik reverse-chant di audio, menciptakan atmosfer menegangkan yang menyatu dengan psikologi karakter.
Gala premier film ini diselenggarakan di Jakarta dan Bandar Lampung pada 7 Juni 2025, dihadiri para pemain dan kru serta mendapat sambutan meriah dari penonton awal. Outlet seperti Koran Mandala bahkan menyebut film ini “hadir dengan sentuhan visual tentang karma dan pengorbanan”.
Awal publikasi trailer memicu beragam tanggapan—dari kekaguman atas atmosfer mistis hingga kritikan terhadap kualitas visual yang dianggap “setingkat serial TV” oleh sebagian netizen. Namun, suara positif muncul lewat argumentasi bahwa film ini mewakili keragaman genre horor Indonesia di era pasca-pandemi.
Dengan jadwal rilis di puncak libur sekolah, film ini diharapkan mampu menarik penonton keluarga maupun penggemar horor. Produksi Jeropoint dan Agung Saputra sebelumnya sukses mengangkat karya-karya box office seperti Sosok Ketiga dan Thagut, sehingga dukungan industri terhadap Jalan Pulang cukup solid.
Di tengah hiruk pikuk tayangan horor baru, Jalan Pulang hadir lebih dari sekadar suguhan layar—ia adalah kisah perjuangan emosional seorang ibu, yang melintasi batas antara hidup dan mati lewat tradisi, budaya, dan supernatural.
Film ini mengingatkan kita bahwa terkadang, jalan pulang bukan sekadar rute fisik, melainkan perjalanan batin yang panjang dan penuh korona. Semoga perjalanan Lastini memberi makna baru bagi pencinta film, serta membuktikan bahwa dalam setiap ketakutan, terdapat peluang untuk memahami cinta yang tak mudah diucapkan.