
Zetizen - Pernah nggak sih kamu buka ponsel hanya untuk cek pesan, tapi berakhir scrolling Instagram selama satu jam? Atau niatnya mau tidur, malah terjebak nonton video di TikTok sampai tengah malam?
Fenomena ini bukan cuma terjadi pada kamu. Nyatanya, hampir semua orang mengalami hal serupa. Pertanyaannya, kenapa kita begitu sulit lepas dari media sosial?
Media Sosial Jadi Bagian Hidup
Media sosial bukan lagi sekadar platform untuk berbagi foto. Ia sudah menjadi bagian penting dari keseharian kita.
Data dari We Are Social dan Hootsuite (2024) menunjukkan, rata-rata orang Indonesia menghabiskan 3 jam 18 menit per hari di media sosial. Angka ini menempatkan Indonesia di peringkat tertinggi pengguna sosmed di dunia.
Mengapa demikian? Karena media sosial menjawab banyak kebutuhan kita: hiburan, informasi, bahkan relasi sosial.
Dopamin: Zat Bahagia dari Like dan Komentar
Setiap kali unggahan kita mendapat like atau komentar, otak melepaskan dopamin, hormon yang memicu rasa senang. Ini mirip dengan efek saat makan makanan enak atau menerima hadiah.
Penelitian dari Harvard University menyebutkan bahwa notifikasi media sosial menciptakan “dopamin loop” yang membuat kita ingin membuka aplikasi lagi dan lagi.
Dalam kata lain, setiap kali kamu scroll feed, otakmu seperti sedang bermain mesin slot digital. Tidak heran kita susah berhenti.
FOMO (Fear of Missing Out)
Tak kalah berpengaruh, ada fenomena FOMO atau rasa takut ketinggalan informasi. Gen Z, misalnya, sangat terhubung dengan tren dan isu terbaru. Ketika teman-teman ramai membicarakan konser, film, atau berita viral, kita merasa harus tahu agar tidak tertinggal.
Inilah yang membuat kita sering berpikir, “Ah, cuma lima menit cek timeline”, tapi berakhir satu jam karena terus ingin tahu update berikutnya.
Algoritma yang Bikin Betah
Jangan salahkan diri sendiri sepenuhnya. Algoritma media sosial memang dirancang agar kita betah berlama-lama.
Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube menggunakan sistem rekomendasi berbasis minat, sehingga konten yang muncul selalu sesuai preferensi kita.
Semakin lama kita menonton, semakin banyak data yang dikumpulkan untuk menyajikan konten lebih personal. Itulah kenapa kamu bisa scroll tanpa sadar selama berjam-jam, karena setiap postingan terasa relevan dan menarik.
Kebutuhan Akan Validasi
Manusia adalah makhluk sosial. Kita ingin merasa diterima, diapresiasi, dan diakui. Media sosial menjadi ruang cepat untuk mendapatkan validasi melalui like, komentar, dan jumlah pengikut.
Riset dari American Psychological Association menunjukkan bahwa remaja dan dewasa muda rentan mengaitkan harga diri dengan respon di media sosial.