zetizen

Mahasiswa Tim 110 KKN UNDIP 2025 Tingkatkan Pola Asuh dalam Pemberian Makan Balita Stunting di Srondol Wetan Melalui Program SEHATI

Campus
Mahasiswa melaksanakan program SEHATI pada salah satu rumah di RW 01

Zetizen - Stunting tidak hanya berkaitan dengan kondisi kekurangan gizi kronis pada balita, akan tetapi juga dipengaruhi oleh pola pengasuhan yang kurang hangat dan tidak stabil secara emosional.

Berdasarkan informasi dari Puskesmas Srondol dan kader Kelurahan Srondol Wetan saat agenda diskusi bersama mahasiswa KKN pada tanggal 24 Juni 2025 ditemukan 11 balita di Kelurahan Srondol Wetan yang mengalami kondisi stunting per bulan Mei 2025.

Kader kesehatan juga menyampaikan beberapa orang tua yang menolak program penanggulangan stunting, seperti enggan membawa anak ke posyandu secara rutin atau menolak bantuan pemberian susu.

Selain itu, kurangnya peran ayah dalam pengasuhan juga menjadi sorotan karena umumnya ayah bekerja di luar rumah. Banyak kasus dimana pengasuhan anak digantikan oleh kakek dan nenek. Tak hanya itu, anak-anak juga kerap menolak makanan atau sulit fokus saat makan karena terlalu asyik bermain atau menonton video di ponsel.

Menanggapi permasalahan tersebut, Kelompok 3 Tim 110 KKN Tematik Universitas Diponegoro Tahun 2025 menggagas program SEHATI (Sayangi dengan Hangat, Aman, Tulus dari Hati) yang menyasar 11 balita stunting dan pengasuh utamanya.

Program ini dilaksanakan melalui kunjungan dari rumah ke rumah (door to door) agar suasana edukasi lebih nyaman dan mendorong keterlibatan aktif keluarga. Tujuan utamanya adalah meningkatkan kualitas pengasuhan balita, khususnya dalam keluarga yang memiliki anak dengan kondisi stunting.

Dalam program ini terdapat tiga materi utama yang disampaikan oleh mahasiswa lintas disiplin keilmuan.

  1. Materi pertama dibawakan oleh Fransiscus Xaverius Bayu Aji Pratama dari Program Studi Hukum membahas tentang kewajiban orang tua dalam merawat anak.

  2. Materi kedua disampaikan oleh Guhita Primadesy dari Program Studi Psikologi berfokus pada psikoedukasi pola asuh anak, pentingnya peran ayah, dan manajemen emosi bagi pengasuh.

  3. Materi ketiga diberikan oleh Setyaningsih Rosita Dewi dari Program Studi Ilmu Keperawatan dengan mengangkat topik pola asuh responsif dalam pemberian makan balita serta skrining tumbuh kembang menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP).

Dari 11 sasaran, program ini berhasil menjangkau 9 balita dan pengasuhnya sedangkan dua keluarga sasaran lainnya tidak bersedia menerima kunjungan mahasiswa. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa seluruh orang tua telah menjalankan tanggung jawab pengasuhan, walaupun dalam beberapa kasus masih melibatkan kakek dan nenek. Meskipun demikian, orang tua kandung tetap menjadi pengasuh utama dan tidak melepaskan peran utamanya dalam mendampingi tumbuh kembang anak.

Sebagian besar keluarga juga mulai menunjukkan peran ayah yang lebih aktif. Beberapa orang tua menyatakan telah menyesuaikan pola asuh menjadi lebih baik dan lebih peduli terhadap kebutuhan anak. Dari 9 balita, terdapat 5 balita yang diasuh bersama keluarga besar, tetapi pengasuhan tetap mengikuti prinsip dan arahan dari orang tua kandung sehingga tidak ditemukan perbedaan pola asuh yang signifikan.

Hasil skrining perkembangan menggunakan KPSP menunjukkan bahwa 2 balita memiliki perkembangan yang meragukan, diantaranya satu balita mengalami keterlambatan dalam aspek bicara dan bahasa, sedangkan satu balita lainnya mengalami keterlambatan pada aspek motorik.

Hasil ini telah dikomunikasikan kepada pengasuh disertai edukasi tentang pola asuh demokratis dan responsif yang mendukung perkembangan anak serta strategi pemberian makan yang tepat. Seluruh pengasuh telah berkomitmen untuk menerapkan pola asuh yang direkomendasikan, termasuk melatih anak untuk fokus saat makan tanpa gangguan bermain atau menonton video di ponsel.

Seluruh pengasuh yang menjadi sasaran program memberikan respon positif terhadap program SEHATI, salah satunya orang tua dari “IR” di RW 5 menyampaikan “Terima kasih, Mbak, Mas sudah berbagi ilmu. Nanti rekomendasi dan ilmunya akan saya diskusikan dengan suami selaku bapak dari anak-anak. Kami akan bertanggung jawab dalam merawat anak-anak. Intinya, memberikan yang terbaik untuk anak.”

Halaman: