
Zetizen - Untuk menekan risiko penyakit menular akibat genangan air dan menumpuknya sampah organik, Eko Bagas Saputra, mahasiswa Program Studi Teknik Mesin Universitas Diponegoro, menginisiasi pembuatan lubang resapan biopori di Kelurahan Srondol Wetan.
Inisiatif ini dirancang agar air hujan dapat meresap lebih cepat ke dalam tanah, mengurangi potensi genangan, sekaligus mengolah sampah organik menjadi kompos yang bermanfaat bagi tanaman.
Proses pembuatan biopori dilakukan dengan menggunakan pipa berukuran sekitar 60 cm. Pipa tersebut dilubangi pada bagian sisinya, kemudian ditanam secara vertikal ke dalam tanah dan ditutup di bagian atas.
Tutup dapat dibuka kembali saat akan memasukkan sampah organik. Sampah organik yang dimasukkan ke dalam biopori akan terurai secara alami sehingga membantu memperbaiki kualitas tanah sekaligus menjaga kebersihan lingkungan.
Pemasangan dilakukan di 10 titik strategis: 2 titik di area Kantor Kelurahan Srondol Wetan, 4 titik di RW 01, dan 4 titik di RW 07. Lokasi-lokasi ini dipilih karena rawan tergenang air dan belum memiliki sistem resapan memadai.
Tak hanya memasang, tim KKN juga membagikan leaflet berisi penjelasan manfaat biopori dan panduan pembuatannya. Warga kini semakin menyadari bahwa lubang biopori bermanfaat untuk mengurangi sampah organik dan genangan air, terutama di area pekarangan rumah, sehingga mereka lebih mengerti akan kegunaannya.
Beberapa di antaranya bahkan memanfaatkan lubang resapan tersebut untuk mengolah limbah dapur menjadi kompos secara mandiri.
Kegiatan ini diharapkan mendorong masyarakat untuk semakin sadar akan pentingnya resapan air dan pengelolaan sampah organik. Dengan cara yang sederhana dan ramah lingkungan, biopori dapat menjadi solusi ganda: mengurangi risiko banjir sekaligus menghasilkan pupuk alami.