zetizen

Memaafkan dan Melupakan: Dua Hal yang Nggak Selalu Jalan Bareng

Dear You
Bersalaman. Source: Freepik By rawpixel.com

Zetizen - Hidup itu nggak melulu tentang senyum dan tawa. Ada momen-momen tertentu yang bikin kita jatuh, kecewa, bahkan patah hati. Kadang, luka itu datang dari orang yang paling kita percaya sahabat yang ternyata nusuk dari belakang, pasangan yang tiba-tiba berubah, atau keluarga yang tanpa sadar bikin kita sakit hati. Di titik itu, muncul pertanyaan besar apa kita bisa memaafkan? Dan lebih jauh lagi, apa kita bisa melupakan?

Sekilas, memaafkan dan melupakan sering dipaketkan bareng, seolah-olah kalau kita maafin seseorang, otomatis kita juga harus melupakan semua yang pernah terjadi. Tapi kenyataannya, dua hal ini nggak selalu sejalan. Memaafkan mungkin bisa dilakukan dalam hitungan detik dengan satu kata “maaf,” tapi melupakan bisa butuh waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.

Buat sebagian orang, memaafkan berarti melepaskan nggak lagi bawa rasa benci yang bikin hati berat. Tapi melupakan? Itu cerita lain. Ingatan manusia bekerja dengan cara unik. Rasa sakit biasanya nempel lebih lama dibanding kebahagiaan. Jadi wajar banget kalau kita bisa bilang “aku udah maafin kamu” sambil dalam hati masih inget jelas detail kejadian yang bikin luka itu.

Terus, kenapa sih memaafkan dan melupakan sering dianggap harus bareng, padahal jelas-jelas jalannya beda? Yuk, kita bahas lebih jauh.

Memaafkan, Bukti Kalau Kamu Kuat

Memaafkan bukan tanda kamu lemah. Justru sebaliknya, itu bukti kalau kamu berani. Bayangin aja, saat hati disakiti, naluri pertama manusia biasanya marah, dendam, atau bahkan pengen balas. Tapi kalau kamu bisa memaafkan, berarti kamu berhasil ngalahin ego dan rasa sakit itu.

Banyak anak muda sekarang punya gengsi tinggi buat bilang “yaudah, aku maafin.” Padahal, dengan memaafkan, kamu bukan cuma nolong orang lain buat lega, tapi juga nolong diri sendiri biar nggak terus-terusan kejebak dalam lingkaran emosi negatif. Energi kamu bisa dipakai buat hal yang lebih positif, bukan buat mikirin kesalahan orang lain.

Melupakan, Luka yang Kadang Membekas

Kalau memaafkan bisa jadi pilihan, melupakan lebih ke proses panjang. Ingatan nggak bisa dikontrol segampang itu. Bahkan, seringkali justru memori yang bikin kita sedih muncul di saat yang nggak tepat lagi denger lagu tertentu, lihat tempat kenangan, atau bahkan cuma scrolling timeline.

Luka yang membekas ini nggak berarti kamu gagal move on. Justru itu bukti kamu manusiawi. Kadang kita butuh ingatan itu sebagai pengingat kalau pernah kuat melewati masa-masa sulit. Melupakan memang bikin hidup lebih ringan, tapi kalau itu nggak bisa dilakukan, bukan berarti hidupmu stuck. Selama kamu bisa berdamai dengan ingatan itu, artinya kamu tetap bisa maju.

Kenapa Dua Hal Ini Jarang Sejalan?

Memaafkan lebih ke hati, sedangkan melupakan lebih ke pikiran. Hati mungkin bisa luluh, tapi otak punya caranya sendiri buat nyimpen memori. Karena itu, nggak aneh kalau banyak orang bilang, Aku udah maafin dia, tapi aku nggak akan pernah lupa apa yang dia lakuin. Itu bukan tanda dendam, tapi lebih ke bentuk proteksi diri biar nggak jatuh di kesalahan yang sama.

Selain itu, budaya kita juga sering ngajarin kalau maaf berarti lupa. Padahal, nggak semua orang sanggup. Ada kalanya justru dengan mengingat, kita jadi lebih waspada. Jadi, jangan merasa bersalah kalau kamu masih inget kesalahan orang lain meskipun udah maafin. Itu hal yang wajar.

Apa Harus Selalu Melupakan?

Nggak juga. Banyak orang bisa hidup tenang meski masih menyimpan ingatan pahit, karena mereka udah berdamai sama rasa itu. Yang penting bukan soal lupa atau nggak, tapi lebih ke gimana kamu mengelola ingatan itu.

Kalau setiap kali inget, kamu masih marah besar, berarti proses healing-mu belum selesai. Tapi kalau kamu bisa mengingat tanpa lagi merasa hancur, itu tanda kamu udah sampai di tahap move on yang sebenarnya.

Setiap orang punya cara sendiri buat healing. Ada yang gampang banget maafin sekaligus lupa, ada yang bisa maafin tapi nggak pernah lupa, ada juga yang butuh waktu lama buat sekadar ngomong “aku maafin kamu.” Nggak ada yang salah, semua valid.

Yang penting, jangan biarkan luka lama terus-terusan ngikat kamu di masa lalu. Memaafkan bikin langkahmu lebih ringan, sementara melupakan bisa jadi bonus kalau memang waktunya tiba. Jadi, kalau kamu sekarang masih ingat jelas rasa sakit itu meski udah maafin, nggak apa-apa banget. Ingat, dua hal ini nggak harus selalu jalan bareng.