
Zetizen - Bel istirahat baru saja berbunyi di SMPN 22 Surabaya. Biasanya, suara bel itu jadi tanda dimulainya perburuan jajanan. Siswa berhamburan ke luar kelas, berebut antrean di kantin, atau sekadar cari cemilan biar nggak kelaparan sampai jam pulang sekolah. Tapi sejak beberapa hari terakhir, suasana berubah total.
Kini, suasana kelas justru lebih tenang. Siswa nggak lagi panik mikirin harus jajan apa atau bawa uang berapa. Semua sudah disiapkan lewat program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Pemerintah Kota Surabaya. Program ini hadir untuk memastikan seluruh siswa dapat asupan makanan sehat dan bergizi setiap hari, tanpa terkecuali.
Bagi banyak siswa, program ini bukan cuma soal perut kenyang, tapi juga bikin kegiatan belajar jadi lebih nyaman. Salah satunya dirasakan oleh Queena Adiva Azzahrah, Ketua OSIS SMPN 22 Surabaya.
“Tentunya sangat terbantu adanya program MBG ini. Yang tadinya makan tidak teratur, jadi terpenuhi asupan makanannya. Apalagi biasanya untuk kelas sembilan yang ada les sampai malam,” ungkap Queena
Program MBG di SMPN 22 Surabaya biasanya berlangsung pada jam istirahat kedua setelah salat Zuhur. Jadi, setelah siswa menunaikan ibadah, mereka bisa langsung makan siang bersama di kelas.
Sistemnya pun dibuat tertib, setiap kelas punya perwakilan siswa yang bertugas mengambil ompreng berisi makanan di posko MBG, lalu membawanya ke kelas. Tugas ini dilakukan secara bergantian setiap minggu, sehingga semua siswa mendapat pengalaman berpartisipasi dalam program ini.
Sebagai siswi kelas sembilan, Queena paham betul padatnya aktivitas menjelang ujian akhir. Hampir setiap hari ada jadwal tambahan belajar atau les, bahkan sampai malam. Dulu, sering kali jadwal makan jadi berantakan. Tapi dengan adanya MBG, energi tetap terjaga karena asupan gizi selalu terpenuhi di sekolah.
Yang bikin suasana makin berbeda adalah kebiasaan baru di jam istirahat. Kalau biasanya bel berbunyi jadi isyarat “lari cepat” menuju kantin, kini justru banyak siswa memilih makan bersama di kelas. Suasananya terasa lebih hangat, obrolan ringan terdengar di antara suapan nasi, dan kebersamaan makin terasa.
“Teman-teman jadi lebih bersemangat dengan adanya program ini. Mereka yang biasanya buru-buru keluar kelas, sekarang bisa makan bareng. Suasananya lebih hangat dan kompak” tambah Queena sambil tersenyum.
Selama empat hari program MBG berjalan, Queena juga mengaku punya menu favorit. Dari berbagai sajian, yang paling berkesan buatnya adalah nasi kuning, tempe orek, sayur, dan buah jeruk. Menurutnya, kombinasi menu ini sederhana tapi bikin kenyang pas, sekaligus memberi energi untuk lanjut belajar sampai sore.
Cerita Queena hanyalah salah satu dari banyak siswa yang merasakan manfaat MBG. Buat mereka, program ini bukan sekadar makan gratis. Ada kebersamaan baru yang tercipta, ada semangat belajar yang tumbuh, dan ada rasa aman karena kebutuhan dasar mereka diperhatikan.
Lewat program MBG, SMPN 22 Surabaya membuktikan bahwa sekolah bukan hanya tempat mengejar nilai akademik, tapi juga ruang tumbuh yang peduli dengan kesehatan dan kesejahteraan siswa. Karena faktanya, belajar dengan perut kenyang dan hati senang jauh lebih mudah dibanding belajar sambil nahan lapar.