
Zetizen - Pagi itu, Kampung Ambon di Desa Margaluyu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, tampak lebih ramai dari biasanya. Bukan karena hajatan atau pasar dadakan, melainkan karena sesuatu yang jauh lebih penting: kesehatan anak-anak.
“Serang Sehat” adalah program kolaboratif antara mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KUKERTA) Tematik dan Praktik Profesi Lapangan (PPL) dari UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, kader Posyandu, serta tenaga kesehatan dari Puskesmas Kasemen. Kegiatan ini memasuki tahap akhir dengan semangat gotong royong yang kental.
Dimulai sejak pukul 08.30 WIB, para kader lokal—ibu-ibu Posyandu yang sudah paham betul kondisi kesehatan anak di lingkungan mereka—memimpin pengukuran tinggi badan, berat badan, dan Lingkar Lengan Atas (LILA). Dua bidan dari Puskesmas Kasemen, Bu Reni dan Bu Emah, hadir memastikan semua prosedur dilakukan sesuai standar medis, didampingi oleh Bu Fatimah, kader senior yang aktif di Kampung Ambon.
Sementara itu, mahasiswa KUKERTA Tematik 07 bertugas mencatat hasil pengukuran, mengatur antrean, mendampingi anak-anak dan orang tua, serta menjaga agar suasana tetap tertib dan ramah anak.
Usai pengukuran antropometri, kegiatan dilanjutkan dengan sesi edukasi yang membahas:
Pencegahan stunting sejak dini
Pentingnya asupan gizi seimbang
Pola makan sehat untuk anak-anak balita
Sesi ini mendapat sambutan hangat dari para ibu. Mereka aktif bertanya, berbagi pengalaman, hingga berdiskusi seputar menu harian keluarga. Kegiatan ini menjadi ruang berbagi sekaligus penguatan kesadaran bersama akan pentingnya pengasuhan berbasis gizi.
Hasil pengukuran terhadap lebih dari 40 anak menunjukkan:
Sekitar 30% anak mengalami gejala stunting ringan hingga sedang
Usia paling rentan berada di rentang 2–12 bulan
Sebagian tinggi badan anak berada di bawah standar grafik pertumbuhan WHO
Sebagai tindak lanjut, mahasiswa melakukan plotting data ke grafik WHO untuk memetakan kondisi gizi anak-anak secara visual dan akurat.
Program Serang Sehat membuktikan bahwa kolaborasi lintas sektor dapat menghasilkan dampak nyata. Bukan sekadar agenda mahasiswa atau rutinitas kader, tetapi juga tonggak lahirnya kesadaran kolektif tentang pentingnya deteksi dini stunting demi masa depan generasi Indonesia.