
Zetizen - Di balik seragam SMA dan lorong sekolah yang tampak biasa, ada rahasia besar yang tersembunyi—dunia roh, kutukan, dan cinta yang menolak tunduk pada takdir. Drama Korea Head Over Heels menyuguhkan kisah itu dalam balutan mistik yang tidak berlebihan, justru terasa manis, dalam, dan menyentuh. Dirilis perdana pada 23 Juni 2025 di tvN dan Prime Video, serial ini langsung menarik perhatian dengan premis yang segar dan visual yang memanjakan.
Park Seong-ah (diperankan oleh Cho Yi-hyun) bukan siswi biasa. Ia seorang mudang, atau shaman muda, yang menyembunyikan identitas aslinya dari dunia. Saat Bae Gyeon-woo (Choo Young-woo), murid baru dengan aura kematian, pindah ke sekolahnya, Seong-ah mulai mendengar bisikan roh yang menandakan waktu hidup Gyeon-woo tinggal sedikit.
Namun, bukan kisah cinta klise yang ditawarkan. Seong-ah tahu bahwa mencintai Gyeon-woo berarti harus menerima kenyataan bahwa ia mungkin tidak bisa menyelamatkannya. Dilema antara menyelamatkan atau melepaskan membuat penonton terseret dalam konflik emosional yang terasa personal.
Berbeda dari drama fantasi biasa, Head Over Heels mengangkat sisi spiritual masyarakat Korea yang jarang muncul di layar kaca. Shamanisme bukan sekadar ornamen, tapi bagian inti dari cerita. Seong-ah tidak digambarkan sebagai penyihir bergaya pop, tapi sebagai perempuan muda yang menanggung beban generasi sebelumnya.
Ritual, mantra, bahkan media komunikasi roh, semuanya ditampilkan dengan detail dan riset yang akurat. Drama ini bahkan melibatkan konsultan budaya untuk memastikan penggambaran shamanisme tetap menghormati akar tradisionalnya.
Tak berlebihan jika menyebut Cho Yi-hyun dan Choo Young-woo sebagai salah satu pasangan paling menyentuh tahun ini. Mereka tidak membangun cinta dari tatapan penuh bunga, tetapi dari trauma bersama, keberanian, dan rasa kehilangan. Interaksi keduanya lembut, tidak teatrikal, dan justru karena itu terasa realistis.
Tak berlebihan jika menyebut Cho Yi-hyun dan Choo Young-woo sebagai salah satu pasangan paling menyentuh tahun ini.. Sumber : Prime Video
Beberapa adegan, seperti ketika Seong-ah memasang talisman di meja Gyeon-woo secara diam-diam, memberi kesan bahwa cinta tidak harus selalu keras dan besar—ia bisa muncul dari usaha kecil yang terus menerus.
Sebagian besar syuting dilakukan di Seoul dan Jeju Island, yang memberikan latar kontras antara dunia modern dan spiritual. Adegan malam dengan visual cahaya lilin, kabut, dan motif alam menciptakan atmosfer yang memikat. Efek visualnya, meski tidak megah, justru terasa menyatu dengan cerita. Studio Dragon dan Dexter Studio memang dikenal piawai menghadirkan keajaiban yang terasa nyata.
Di tengah serbuan cerita remaja dengan konflik seragam, Head Over Heels menonjol karena keberanian mengangkat tema kematian dan takdir dalam narasi cinta. Ia tidak memaksa penonton untuk percaya pada roh, tapi mengajak kita merenung: Bagaimana jika kamu tahu orang yang kamu cintai akan segera mati? Apakah kamu tetap mendekatinya, atau menjauh untuk melindungi diri sendiri?