zetizen

Sekolah Survei Menu Lewat Cara Unik: Pantau Makanan yang Ditolak Siswa

News
Kepala Sekolah SMA 15 Surabaya Source: Nadia Desvara

Zetizen - Jam istirahat kedua di SMAN 15 Surabaya selalu punya cerita. Begitu bel berbunyi, lorong sekolah mendadak ramai oleh langkah kaki siswa yang bergegas menuju kantin. Aroma nasi hangat bercampur lauk pauk dari dapur sekolah menyambut mereka, membuat suasana makan siang jadi salah satu momen paling ditunggu.

Sejak program Makan Bersama Gratis (MBG) hadir, hampir tak ada siswa yang pusing memikirkan bekal. Piring-piring tersaji rapi, antrean berjalan tertib, dan meja-meja dipenuhi tawa remaja yang sedang menikmati kebersamaan. Bagi sebagian besar anak, MBG jadi “penyelamat” sekaligus alasan buat lebih betah di sekolah.

Menu yang Kadang Nggak Kena di Lidah

Meski disambut hangat, program MBG ternyata nggak lepas dari tantangan. Beberapa menu kadang terasa kurang sesuai dengan lidah siswa. Ada sayur yang terlalu pahit, ada lauk yang bumbunya kurang nendang, atau sekadar jenis makanan yang jarang mereka temui di rumah.

Akibatnya, sebagian makanan sering tersisa di piring. Di banyak tempat, hal ini bisa jadi masalah klasik: makanan berakhir di tempat sampah. Tapi tidak di SMAN 15 Surabaya.

“Kalau menunya ada sisa, jangan dibuang dulu. Biarkan tetap di tempatnya. Nanti dari situ pihak dapur bisa tahu menu mana yang kurang disukai siswa,” jelas Johanes, Kepala Sekolah SMAN 15 Surabaya.

Alih-alih memandang sisa makanan sebagai bentuk pemborosan, pihak sekolah justru mengubahnya jadi “pesan diam” dari siswa. Data sederhana ini bisa jadi bahan evaluasi dapur MBG untuk memperbaiki menu berikutnya.

Dari Bawa Bekal Lengkap ke Variasi Lauk

Perubahan nyata juga dirasakan siswa. Quinetta, siswi kelas XII, bercerita bagaimana kebiasaan makannya berubah sejak program ini berjalan.

“Sebelumnya aku selalu bawa bekal, tapi setelah adanya program MBG ini aku cukup bawa bekal tambahan buat variasi lauk. Kan porsi lauk anak beda-beda, ada yang suka makan dengan lauk banyak,” ujar Quinetta dengan senyum.

"Menu favorit dari saya kemarin itu, kalau nggak salah, hari Selasa ada ayam katsu" tambah Rizqoon

Bagi Quinetta, MBG bukan cuma soal kenyang. Duduk bareng teman, ngobrol santai sambil makan, bahkan tukar-tukaran lauk membuat jam istirahat jadi lebih berwarna. Ada pengalaman yang nggak bisa digantikan kalau makan sendirian di rumah.

Edukasi Lewat Sepiring Nasi

Keputusan sekolah untuk tidak membuang sisa makanan juga membawa pelajaran penting bagi siswa. Mereka belajar bahwa makanan bukan sesuatu yang bisa disepelekan. Setiap butir nasi punya nilai, dan sisa lauk bisa jadi petunjuk untuk perbaikan.

Dengan cara ini, siswa bukan hanya diajarkan untuk makan, tapi juga untuk menghargai. Mereka belajar bahwa menilai makanan bukan sekadar soal suka atau tidak suka, tapi juga bagian dari proses menjaga kebersamaan.

Halaman: