
Tata suara pun menjadi kekuatan tersendiri. Bisikan yang samar, suara gesekan kayu, hingga bacaan ayat suci yang disandingkan dengan latar teror, menambah intensitas ketegangan. Bukan sekadar menakut-nakuti, tapi mengajak kita merenung.
Dari sisi tema, Kitab Sijjin & Illiyyin menjadi napas baru bagi genre horor Indonesia yang akhir-akhir ini cenderung mengandalkan formula jump scare. Film ini lebih dalam dan kontemplatif. Ia berbicara tentang hisab, pertobatan, dan pertanggungjawaban spiritual dengan cara yang sinematik.
Menurut pernyataan sutradara film ini memang diniatkan sebagai horor dakwah. “Kami ingin membungkus nilai-nilai spiritual dengan kemasan sinematik yang memikat,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa seluruh konten yang berkaitan dengan ayat suci dan konsep keislaman telah melalui konsultasi dengan ahli fikih dan pakar tafsir.
Tidak heran jika film ini mendapat sambutan hangat dari berbagai kalangan. Tiket premiere di beberapa kota habis terjual hanya dalam dua hari. Penonton memberikan pujian atas keberanian film ini menghadirkan tafsir spiritual tanpa terkesan menggurui.
Kitab Sijjin & Illiyyin pada akhirnya bukan sekadar film horor biasa. Ia adalah pengingat tentang hidup yang fana, dosa yang tak selalu bisa dilupakan, dan pencarian jalan pulang menuju cahaya.
Di balik ketakutan yang membayang, terselip pelajaran: bahwa setiap manusia akan menulis kitabnya sendiri, dengan tinta amal dan niat, dan pada waktunya, ia akan dimintai pertanggungjawaban.