
Menciptakan Brand Image Eksklusif dengan Strategi Kelangkaan
Ketika para penggemar Supreme ditanya tentang alasan mereka begitu menggandrungi brand tersebut, jawaban yang paling sering diberikan adalah faktor “Hype”. Sebab, brand ini dianggap keren dan populer. Terbukti saat di atas red carpet, Supreme menjadi ‘aset’ bernilai untuk dikenakan oleh para rapper dan artis pop lainnya. Dalam ajang Paris Fashion Week terakhir, Kanye West tampak menggunakan jaket hijau bermotif loreng dari Supreme. Nggak mau kalah, North West, putri Kanye West dengan Kim Kardashian juga tampil gaya dengan t-shirt Supreme. Eits, dia pakai sepatu Adidas Yeezy rancangan ayahnya juga, sih!

Supreme juga sering berkolaborasi dengan brand ternama seperti Nike, Clarks, dan Vans untuk sepatu. Tak ketinggalan, Commes des Garcons untuk jaket dan A.P.C. untuk celana jeans. Popularitas Supreme juga didukung dari publikasi berbagai media fashion terkemuka. Majalah GQ Style menobatkan Supreme sebagai “streetwear brand paling keren di dunia kini.”

Namun, di balik brand image yang kuat, strategi pemasaran juga berpengaruh dalam membentuk ekslusivitas brand tersebut. Strategi utama pemasaran Supreme adalah membuat produknya ‘langka’. “Jika kita bisa menjualnya 600 buah, kita akan memproduksinya 400 buah, begitulah cara kami,” kata James Jebbia, pendiri brand Supreme.

Supreme pandai memposisikan dirinya untuk sulit didapatkan. Walaupun terdapat permintaan yang besar, Supreme konsisten untuk memproduksi item-nya dalam jumlah terbatas. Satu buah desain dari suatu produk hanya akan diproduksi dan dijual dalam satu kali rilis. Di waktu lain, nggak akan dijual lagi. Supreme juga memiliki aturan khusus dalam menjual barangnya; seseorang tidak boleh membeli lebih dari satu produk yang sama sekaligus. Misalkan, kamu ingin membeli dua potong t-shirt Supreme bergambar Morrisey, kamu harus dua kali berhadapan dengan kasir. Aturan ini secara tidak langsung menghindari praktik monopoli dari para reseller.
Karena produk Supreme sulit diperoleh, secara tak langsung kesan eksklusif juga muncul pada brand tersebut. Logo klasik yang berbentuk kotak berwarna merah bertuliskan nama “Supreme” seolah menjadi penanda bahwa pemakainya memiliki ‘aset’ yang bernilai fantastis.

Pendiri Supreme, James Jebbia, menjelaskan bahwa apa yang membuat orang menyenangi Supreme karena kualitasnya yang baik. Ia mengaku heran ketika orang-orang sulit menerima kenyataan bagaimana penggemar Supreme berusaha memperoleh produk yang mereka inginkan. Ia merasa melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh brand lain seperti Louis Vuitton dan Uniqlo; merilis barang baru yang dicintai dan ingin dimiliki oleh para pelanggan.
“Tidak ada trik khusus, semuanya adalah soal produk yang baik,” kata Jebbia.