
Pernah terlintas di pikiran, kenapa nilai kebersamaan di sekitar kita terasa makin rapuh? Perbedaan yang seharusnya jadi kekuatan justru sering berubah jadi alasan untuk berselisih.
Pertanyaan itu seolah dijawab lewat lagu “Peradaban” dari .Feast. Karya ini hadir bukan hanya sebagai musik, tapi seruan lantang untuk menjaga budaya dan kemanusiaan agar tetap berdiri kokoh di tengah badai sosial.
Lewat lagu ini .Feast mengingatkan bahwa peradaban tidak akan runtuh selama ada upaya bersama untuk menjaganya dan budaya serta nilai luhur akan selalu bertahan meskipun berkali-kali dihantam oleh perpecahan.
Pesan Frontal yang Mengguncang
Dibandingkan beberapa karya sebelumnya, “Peradaban” lebih terdengar tegas. Liriknya menyinggung langsung isu-isu yang kerap dianggap sensitif, mulai dari intoleransi, diskriminasi, hingga kekerasan yang merusak harmoni Masyarakat.
Potongan kalimat pada lirik seperti “tempat ibadah terbakar” atau “nama kita diinjak lagi” sangat menohok telinga, namun justru itulah realitas yang ingin disuarakan.
.Feast memilih cara yang lugas. Tanpa banyak basa-basi, mereka menyampaikan kritik sosial yang sering kali sulit diutarakan.
Pendekatan ini membuat “Peradaban” terasa berbeda, sebuah lagu rock yang tidak hanya menghibur, tapi juga menantang pendengarnya untuk berpikir lebih dalam.
Luka Kolektif dan Harapan yang Tumbuh Kembali
Meski sarat dengan kritik, Peradaban tidak berhenti pada rasa marah. Lagu ini juga menampilkan sisi reflektif tentang luka kolektif yang dialami masyarakat akibat konflik dan tragedi. Namun, dari luka itu lahir pula harapan baru.
Kalimat “gapura hancur dibangun lagi” misalnya, menjadi simbol bahwa setiap kehancuran selalu membuka ruang untuk bangkit.
Ketika rasa aman terguncang atau simbol-simbol budaya dirusak, semangat kebersamaan justru bisa tumbuh lebih kuat.
Dari sini, Peradaban bukan sekadar menyoroti masalah, tapi juga memberi optimisme bahwa kita mampu menyembuhkan luka bersama.
Kenapa Lagu Peradaban Masih Sangat Relevan Hari Ini
Walau sudah dirilis sejak tahun 2018 lalu, lagu ini tetap terasa aktual. Isu intoleransi, diskriminasi, hingga perpecahan identitas masih menghantui masyarakat hingga sekarang.
Di tengah kondisi itu, lagu ini hadir sebagai pengingat agar kita tidak pasif, agar berani menjaga nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi fondasi bersama.
Bagi generasi muda, pesan pada lagu ini sangat penting, karena mengajak kita untuk melihat budaya bukan hanya sebagai warisan masa lalu, melainkan sebagai fondasi kehidupan yang harus dirawat dab dilestarikan.
Dengan begitu, kita bisa memastikan bahwa peradaban tetap teguh meski diterpa berbagai ujian dan perubahan zaman.