
Zetizen - Pernahkah kamu merasa ditinggalkan begitu saja oleh seseorang yang paling kamu sayangi?
Rasa sakit itu pasti sulit dijelaskan, apalagi ketika semua kenangan indah justru berubah menjadi luka.
Itulah yang coba dituangkan Last Child lewat lagunya yang berjudul “Duka”, sebuah single yang resmi dirilis pada 25 September 2016.
Popularitas lagu ini pun tidak main-main, bahkan kini masuk jajaran Top 50 Spotify Indonesia, bukti bahwa kisah pilu dalam lagunya begitu dekat dengan hati banyak pendengar.
Luka Mendalam Karena Ditinggalkan Orang Tercinta
Lagu ini langsung menyapa pendengar dengan lirik yang penuh dengan kepedihan. Kata-kata seperti “kau membunuhku dengan kepedihan ini” menggambarkan betapa perihnya hati yang ditinggalkan oleh orang tersayang.
Rasa sakit tersebut begitu dalam, seolah dunia runtuh dalam sekejap. Perasaan itu tentu bisa sangat relate bagi siapa saja yang pernah patah hati tanpa alasan jelas.
Bukan sekadar kesedihan biasa, lagu ini memperlihatkan bagaimana seseorang benar-benar kehilangan arah setelah ditinggalkan.
Rindu Dan Air Mata Yang Tak Bisa Terhapus
Selain sakit karena ditinggalkan, “Duka” juga menyoroti perasaan rindu yang tidak pernah padam.
Lewat lirik “tiap tetes air mata yang jatuh kuatkan rinduku” menjadi simbol bahwa kehilangan tidak menghapus rasa cinta, justru membuat kerinduan semakin kuat.
Lagu ini menyampaikan bahwa air mata bukan hanya tanda kesedihan, tetapi juga cerminan perasaan yang begitu tulus. Meski orang yang dicintai sudah pergi, hati tetap sulit melepaskan.
Last Child menyampaikan dengan jujur bahwa kehilangan tidak bisa dihapus hanya dengan hitungan waktu.
Kenangan Manis Berubah Jadi Duka Yang Menyakitkan
Kenangan dalam lagu “Duka” bukan lagi sumber kebahagiaan, melainkan berubah menjadi luka yang menyesakkan.
Lirik “pada indah bayangmu, canda tawamu” menunjukkan bagaimana momen manis yang dulu pernah ada kini menjadi luka.
Bagi banyak orang, bagian ini terasa sangat emosional. Kenangan yang dulu jadi penguat justru berubah jadi pengingat kehilangan.
Last Child menghadirkan realitas pahit bahwa dalam cinta, tidak semua kenangan bisa terus membuat kita tersenyum. Terkadang, yang tersisa hanyalah rasa sakit karena orang yang dulu begitu dekat kini tidak lagi ada di sisi kita.