Are You a Zetizen?
Show Menu

Zetizen National Challenge: Aksi Positif ala Zetizen jaga Kebersihan Sungai

Zetizen Zetizen 11 Oct 2016
Zetizen National Challenge: Aksi Positif ala Zetizen jaga Kebersihan Sungai

Zetizen.com - Sebagai salah satu bagian dari lingkungan, sungai punya peran penting dalam kehidupan manusia. Sayangnya, banyak orang yang nggak sadar dengan hal ini dan justru mengotori, bahkan merusak sungai dan kehidupan yang ada di dalamnya. That’s why, beberapa finalis Zetizen National Challenge: Go To New Zealand ini beraksi positif buat menjaga fungsi sungai di daerah mereka. (*/giv)

 

Gerakan Senyum Kapuas (foto: dok. pribadi)

 

Sungai Kapuas Harus Bersih

Prihatin dengan keadaan sungai Kapuas yang kotor tercemar Limbah karet dan sampah, Nanda Yudha Ikhwan Pradana asal SMAN 1 Pontianak beraksi membersihkan sungai Kapuas. Aksinya bernama Gerakan Senyum Kapuas itu lantas ia dokumentasikan dalam bentuk foto. Selain itu, ia juga mengangkatnya kedalam karya tulis ilmiah. Aksinya itu berhasil membawanya lolos sebagai salah satu finalis Zetizen National Challenge: Go To New Zealand West Kalimantan.

“Aku mengangkat karya ilmiah tentang Sungai Kapuas karena Sungai Kapuas merupakan sumber kehidupan yang berkelanjutan tapi sayangnya udah tercemar. Saat itu, aku berharap semoga dari karya ilmiah tersebut, Kementerian PU-PR mau turun dan memperhatikan keadaan Sungai Kapuas,” ungkap Nanda.

Benar saja, efek dari upaya yang dilakukan Nanda membuahkan hasil yang signifikan. Menurutnya, pada bulan Mei yang lalu, masyarakat udah sadar dengan kedaan lingkungannya. “Pas aku ke sana lagi, warga udah buang sampah di TPS yang telah disediakan.Udah gitu, Dinas Pekerjaan Umum aktif mengontrol Sungai kapuas. Pabrik karet yang membuang limbah itu pun sudah ditinjau BLHKPK,” tambah cowok berusia 17 tahun ini.

Nah kedepannya, Nanda ingin menggalakkan pentingnya menjaga lingkungan air di Kalimantan Barat. “Karena aku seneng banget dengan fotografi, yang pasti programnya juga nggak lepas dari hobiku itu. Something like photograph or writing the article ‘bout our environment. Karena hidup kita itu juga bergantung dari air,” pungkasnya. (ind/giv)

 

Berbagai aktivitas dan penghargaan Ditha sebagai duta Sanitasi (foto: dok. probadi)

 

Sadarkan Masyarakat lewat Film Dokumenter Kebersihan Sungai

Mirip dengan Nanda, Ditha Adinda, pelajar SMAN 3 Kota Jambi yang saat ini duduk di kelas XII juga concern banget sama yang namanya kebersihan sungai. Nah, sebagai Duta Sanitasi, Ditha beraksi dengan membuat film dokumenter yang menyoroti kondisi sungai Batanghari dan aktivitas masyarakat disekitarnya.

Dalam aksinya, Ditha menemukan bahwa ternyata sungai Batanghari sangat kotor dan penuh sampah. padahal, warga sekitar memanfaatnya untuk MCK (Mandi-Cuci-Kakus). Kondisi itu ternyata disebabkan oleh kurangnya fasilitas sanitasi di sekitar sungai. Tidak adanya Tempat Pembuangan Sampah (TPS) dan WC umum yang memadai membuat warga tidak punya pilihan. “Sebenarnya ada WC umu. Cuma tempatnya jauh, gelap dan berbayar. Warga jadi memilih cara yang mudah,” Ujarnya.

Nah, untuk itulah ia berusaha menyadarkan masyarakat lewat pembuatan video Dokumenter tersebut tentang pentingnya kebersihan lingkungan hidup. Sebagai duta sanitasi, ia juga punya beberapa program kebersihan lain. Seperti menggalakan kebiasaan cuci tangan dengan sabun ke sekolah sekolah. Semangat terus ya Dhita! (Enn/giv)

 

aktivitas Liko melestarikan ikan dengan mengembalikannya ke habitat (foto: dok. pribadi)

 

Melepas Ikan Dikira Buang Racun

Buat Liko Sugiarto, Siswa kelas XI MIPA 5 SMAN 7 Banjarmasin, menjaga kelestarian ekosistem sungai adalah hal yang penting. Salah satunya dengan mengembalikan ikan ikan sungai ke habitat aslinya. Nggak tanggung-tanggung, udah lebih dari 6.800 ekor ikan dia lepaskan ke habitatnya sejak 2009.

Meski tujuannya positif, ternyata Liko punya pengalaman unik lho. Kejadiannya doi alami beberapa bulan lalu. Kala itu cowok kelahiran 2000 tersebut sedang asyik melepaskan ikan ke sungai. Tiba-tiba ada warga yang menghampiri lantaran mengira Liko sedang membuang racun atau sampah.  “Menurut penuturan warga, beberapa waktu sebelum aku melepaskan di sana ada beberapa warga yang terkena gangguan kulit.  Diduga karena ada yang membuang racun ke sungai,” cerita Liko.

Untungnya, warga bisa mengerti setelah ia menjelaskan maksudnya yang sebenarnya. Liko emang peduli banget dengan yang namanya lingkungan dan makhluk hidup. Dalam satu pekan doi bisa menjalankan aksinya hingga dua kali. (ma/nur/giv)

RELATED ARTICLES

Please read the following article