Are You a Zetizen?
Show Menu

Ragam Warna Aksara Nusantara

Zetizen Zetizen 09 Sep 2016
Ragam Warna Aksara Nusantara

Zetizen.com - Selamat Hari Aksara! Nggak kalah oleh Jepang, Thailand, atau Arab, Indonesia juga punya aksara Nusantara loh. Bahkan, setiap daerah di Indonesia memiliki aksara kuno masing-masing. Serunya, 48 persen Zetizen ternyata tahu tentang aksara tersebut. Bahkan, 68 persen Zetizen di antaranya pernah dan masih mempelajari aksara kuno Nusantara. Cool!

Yap, Indonesia emang kaya aksara kuno. Jumlahnya dapat mencapai ratusan. Sebab, setiap daerah di Indonesia bisa mempunyai hingga 3 jenis aksara kuno. ’’Di Suku Jawa saja, terdapat 3 jenis, yakni bahasa Jawa dengan huruf Latin, dengan huruf Jawa (huruf Hanacaraka), dan huruf pegon,’’ jelas dosen Filologi Universitas Airlangga Mochammad ’’Menachem’’ Ali SS MA Min.

Setiap jenis aksara itu punya ciri khas masing-masing. Meski beraneka ragam, mayoritas daerah di Indonesia memahami aksara jawi dan pegon. Aksara jawi merupakan penyebutan huruf yang menggunakan abjad Arab dengan berbahasa Melayu. Aksara pegon adalah penyebutan huruf Arab berbahasa Jawa. ’’Secara geografis, Indonesia terbagi dalam dua persebaran aksara ini, yaitu utara dan selatan,’’ ujar dosen yang akrab disapa Menachem Ali tersebut.

  • Wilayah utara seperti Sumatera, Kalimantan, Maluku, dan Sulawesi menggunakan aksara jawi (kawi). Namun di Sulawesi aksara tersebut berkembang menjadi aksara lontara yang hingga kini masih digunakan oleh orang bugis, mandar dan juga makassar.
  • Bagian selatan seperti Jawa, Bali, Madura, Lombok, dan Kepulauan Nusa Tenggara lebih mengenal aksara pegon sebagai aksara kuno.
  • Papua tidak mengenal tradisi aksara karena lebih mengutamakan tradisi lisan. Tapi, karena kolonialisme, di Kerajaan Ternate dan Tidore masih ditemukan kok aksara jawi.

Persebaran suatu aksara lebih dipengaruhi faktor agama. Sebab, melalui agama, masyarakat pasti dikenalkan kitab-kitab suci berdasar agama yang dianut. Misalnya aja, saat di Indonesia mulai bermunculan kerajaan Islam. ’’Ketika itu pesantren sebagai tempat memperdalam agama juga mengajarkan aksara Arab kepada siswanya,’’ tutur peneliti yang juga memahami bahasa Ibrani tersebut. Budaya lisan lebih dipengaruhi faktor perdagangan.

Menachem Ali menjelaskan perubahan besar tentang penggunaan aksara pada era penjajahan VOC. ’’Pada zaman itu, terjadi infiltrasi aksara oleh penjajah,’’ katanya. Sedikit demi sedikit, pemakaian aksara lokal di setiap daerah disingkirkan. Contohnya, awalnya aksara pegon banyak digunakan pada uang kuno. Namun, sejak era penjajahan VOC, alfabet mulai mendominasi. Karena itu, saat ini bangsa Indonesia lebih mengenal huruf alfabet ketimbang huruf Jawa, jawi, ataupun pegon.(pew/c14/adn)

RELATED ARTICLES

Please read the following article