Are You a Zetizen?
Show Menu

Review Film Aquaman: Imajinatif, Sarat Makna, Minim Kritikan

Rafika Yahya Rafika Yahya 15 Dec 2018
Review Film Aquaman: Imajinatif, Sarat Makna, Minim Kritikan

Tiga bulan setelah menghantui bioskop lewat film The Nun, James Wan kembali di balik layar film Aquaman. Tahu sendiri dong gimana horrornya garapan sutradara asal Australia ini? Lewat film Saw dan Insidious Universe yang jadi mimpi buruk bagi banyak orang, James Wan membuktikan diri sebagai sutradara sekaligus produser yang patut diperhitungkan. Film teranyarnya, aquaman berhasil meraih rating 73% dari Rotten Tomatoes dan 8 dari IMDB. Alasannya, film yang dibintangi oleh Jason Momoa dan Amber Heard ini menyajikan paket lengkap dalam film superhero; kisah cinta, keluarga, hingga lingkungan tersaji dengan epik selama 143 menit.

Dikenal dengan peran Khal Drogo, dalam film aquaman Jason Momoa benar-benar tampil gahar (source: screenrant)

Layaknya karakter film DC biasanya, Arthur Curry atau aquaman (Jason Momoa) digambarkan sebagai sosok superhero yang punya masa lalu kelam namun berakhir dengan kekuatan serta kekuasaan tak terbatas. Perjalanannya dimulai dari kisah Ibunya, Queen Atlanna (Nicole Kidman), putri dari Atlantis yang menikah dengan Tom Curry (Temuera Morrison), seorang penjaga mercusuar. Ketika masih bayi, Atlanna ditemukan oleh para penjaga Atlantis dan dipaksa untuk kembali. Hidup tanpa Ibu menghidupkan dendam di hati Arthur.

Hingga suatu ketika, Ia didatangi oleh Mera (Amber Heard), tunangan Orm (Patrick Wilson) adik tirinya. Keduanya adalah Atlantean, sebutan untuk warga Atlantis. Mera mengajakArthur untuk pergi ke Atlantis dan membantunya memerangi niat jahat Orm untuk menyerang dunia manusia. Orm berpendapat bahwa dunia manusia sudah terlalu banyak menyakiti laut. Arthur menolaknya karena merasa dunia Atlantis sudah mengambil sang Ibu dari hidupnya, tanpa tahu kabar dan keberadaannya.

Nggak cuma disuguhi pertarungan dalam laut, kamu akan diajak menjelajahi teriknya gurun sahara (source: IMDB)

Tapi, sebuah kejadian merubah pikiran Arthur. Ia pun turun ke laut bersama Mera untuk menyelamatkan dunia manusia sekaligus menemukan rahasia di balik hilangnya sang Ibu. Upayanya nggak berjalan dengan mulus. Setelah dikalahkan oleh Orm dalam suatu pertarungan, Ia pun terusir dan harus menghadapi fakta bahwa serangan-serangan ke dunia manusia makin menggila. Bersama Mera, Ia pun mencari Trisula Atlantis. Senjata itu diyakini bisa menyatukan dua dunia kembali.

Ceritanya klise? Dont judging too fast until you watch the movie. Melihat alur ceritanya yang sama persis dengan versi komik, nggak heran kalau beberapa movie-lovers mengeluhkan kisahnya yang terlalu dangkal. Apalagi dengan adegan peperangan yang terlalu lama, secara nggak sadar bikin kita menguap. Mara Reinstein, kritikus film dari US Weekly pun mengeluhkan efek CGI-nya. “Entah kenapa tapi aku merasa efek CGI yang dibuat oleh James Wan ini benar-benar terasa palsu,” tulisnya.

Dunia bawah laut tersaji dengan epik lewat kostum dan tata musik yang megah (source: IMDB)

Terlepas dari berbagai kritikan yang terhitung minim dibandingkan film-film DC lainnya, aquaman benar-benar menyajikan dunia indah di bawah laut. Latar musik yang lembut seolah mengingatkan kita pada arus laut yang tenang dan angin sepoi-sepoi di pantai. Pemilihan Jason Momoa yang bertubuh kekar juga menuai pujian dari berbagai pihak. Matt Singer dari Screenrant, misalnya. Singer menilai Momoa mampu menghidupkan sosok superhero dari tubuh kekar dan tatapan tajamnya. “Namun, Momoa juga bisa menurunkan tensi dari film dengan gurauan konyolnya atau kerapuhan hatinya. Dua hal ini mampu menyeimbangkan film,” ungkapnya.

Selain itu, salah satu alasan kenapa film-film DC layak disebut sebagai “solusi dari semua masalah” adalah premis yang dibuat sangat relatable dengan kehidupan sehari-hari. Lupakan posisi para hero sebagai seorang dewa dengan kekuatan dan kekuasaan nggak terbatas. Dibalik itu semua, mereka tetap menyimpan kerapuhan dan titik lemah sebagai seorang manusia. Sebelum bertransformasi sebagai Penguasa Lautan, Arthur selalu dihantui oleh perasaan bersalah. Kekurangan ini ternyata menjadi salah satu kekuatan baginya dalam memenangkan pertarungan.

That's why film ini bisa disebut sebagai penutup tahun yang manis. Nggak cuma menikmati filmnya, kamu bakal diajak untuk merenungkan apa aja yang sudah kamu lakukan selama setahun ke belakang, mengenang prosesnya, memaafkan diri sendiri dan bersiap menghadapi tantangan. Kadang kita terlalu menuntut diri untuk jadi sempurna, tapi lupa untuk memaafkan kesalahan dan bersiap menghadapi masa depan.

Rating Zetizen: 8/10

RELATED ARTICLES

Please read the following article