Are You a Zetizen?
Show Menu

Kustomfest 2017:Buat Kustom Kulture Menembus Batas

Afrieza Zaqi Afrieza Zaqi 10 Oct 2017
Kustomfest 2017:Buat Kustom Kulture Menembus Batas

Zetizen.com - kustomfest sudah menjadi sebuah sebuah “lebaran” bagi para builder Indonesia maupun dari luar negeri di Jogjakarta. Pada penyelenggarannya yang keenam, kustomfest mengusung tema no-boundaries yang memiliki arti menembus batas. Acara yang berlangsung pada 8-9 Oktober 2017 tersebut berlangsung sangat meriah

Builder di era sekarang sudah mulai tersekat karena sebuah pakem pembuatan karya. Hal ini tentu akan membatasi kreatifitas mereka,” ujar Lulut Wahyudi, direktur Kustomfest. Menurutnya, permasalahan ini tentu akan membuat kreasi para builder jadi monoton. Alhasil, mereka menjadi seperti robot yang hanya patuh terhadap sebuah aturan tertentu.

Makna no-boundaries ternyata diterapkan dengan sangat baik oleh para peserta kustomfest tahun ini. Total terdapat 150 motor yang terpajang rapi di Jogja Expo Center yang terdiri dari beberapa kategori. Diantaranya ada main class yang terdiri dari European Chopper Bobber, American Chopper Bobber, American Stock Kustom, Free for All, Japan Chopper Bobber, cafe racer dan bagger. Lalu untuk klas nitrohead ada Choppy Club, Old and Retro, Club Style, dan Honda Scrambler.

Selain Motor, ada juga kategori mobil yang dihiasi dengan berbagai kategori. Diantarnya ada kelas Airkooled terdapat 3 mobil, 5 mobil Muscle Car, 4 mobil Hot Rod Custom ,  3 mobil Low Rider, 7 mobil Pick-up , 2 mobil Japan Retro Car, dan juga highlight khusus Pick up Paradise yang menampilkan 7 mobil.

Delapan builder dari kustomfest siap mewakili Indonesia di Yokohama Hot Rod Custom Show 2017 (foto: Afrieza/Zetizen Team)

Pada tahun ini ada sebuah kompetisi baru yang dinamakan Indonesia Attack! Kompetisi ini memilih delapan workshop dan builder terbaik Indonesia untuk berangkat ke Yokohama Hot Rod Custom Show 2017. Kedelapan workshop tersebut diantaranya adalah Queen Lekha Choppers, Imaginerring Custom, Smoked Garage, Keduk Garage, Custom Concept Industries, Old Crack Cycles, Krom Work, dan Stonehead Choppers.

Salah satu juri sekaligus VIP guest kustomfest asal Jepang, Kaichiro Kurosu menuturkan bahwa di tahun ini, mereka memiliki karya yang all-out. Semua aspek mulai dari painting, crafting, hingga seluruh part body dibuat sangat detail. “Dan satu lagi, almost every builder in here is still young. Tidak seperti di Jepang yang builder-nya sudah berkepala empat keatas,” ujar pemilik Cherry’s Company Jepang tersebut.

Dari sekian banyak kompetisi, ada sebuah hal yang menarik dan menggebrak dunia kustom. Sebab, ada seorang builder wanita asal Sukoharjo yang berkarya dan menghasilkan penghargaan di  Kustomfest. Inicafony Prasasti meraih dua penghargaan yaitu juara satu kategori Nitrohead Old and Retro dan best paint kustom bike show dengan kawasaki KZ200 yang ia beri nama Pink Lady.

Menurutnya, ia ingin menghapuskan stigma bahwa builder haruslah seorang pria yang paham tentang motor. “saya tentu sangat bahagia. Sebab, selain bisa meraih dua penghargaan, saya juga bisa menembus batas saya yang seorang wanita dimana umumnya hanya berkutat di rumah sebagai ibu rumah tangga,” paparnya dengan bahagia.

Arga Wida Aloka menjadi penonton beruntung yang mendapatkan ojo dumeh Foto: Afrieza/Zetizen Team

Tak hanya sesi awarding, hal yang paling ditunggu para pengunjung kustomfest yaitu Lucky Draw juga berlangsung dengan mendebarkan di hari terakhir. Pasalnya, terdapat 5 kandidat yang gagal membawa pulang Ojo Dumeh. Namun, pada panggilan kupon yang keenam, Arga Wida Aloka, pengunjung asal Pati berhasil , membawa trike kustom bermesin Harley Davidson Buel 1200 cc.

Pada beberapa tahun kedepan, Lulut berharap agar Indonesia memiliki sebuah standard tentang motor maupun part yang di bangun oleh para builder. Sebab, ada banyak sekali builder yang kesusahan mengekspor barang hasil karyanya karena Indonesia belum memiliki standard yang mengatur tentang dunia industri kustom kulture.

Hal ini dikarenakan, untuk bisa sampai ke tangan pembeli dan digunakan, barang tersebut wajib memiliki standard dari negara asalnya. “Kan sayang banget nih hasil karya mereka nggak jadi terjual. Bisa dibayangkan kan bagaimana perekonomian Indonesia kalau ada ratusan builder yang bisa mengekspor barang mereka ke luar negeri?,” tutupnya.



RELATED ARTICLES

Please read the following article