Are You a Zetizen?
Show Menu

Yuk, Kenalan dengan Alpha Zetizen 2017 dari Jawa Timur!

Zetizen Zetizen 25 Sep 2017
Yuk, Kenalan dengan Alpha Zetizen 2017 dari Jawa Timur!

Zetizen.com - Lima Alpha Zetizen 2017 dari tiap provinsi sudah terpilih! Besok mereka akan mulai mengikuti serangkaian kegiatan Zetizen Summit di Jawa Timur. Sebelum menyimak keseruan mereka, yuk kenalan lebih dulu dengan Alpha Zetizen 2017 dari Jawa Timur!

*******

Muhammad Bashroni, Universitas Airlangga

Tetap Jatuh Cinta walau Ditolak

Siapa sih yang nggak suka mengamati langit? Apalagi kalau malam hari. Kebayang dong bagusnya bintang-bintang yang bertebaran? Itulah salah satu alasan Muhammad Bashroni menekuni astronomi. Kecintaan itu ternyata membuatnya menjadi finalis 5 besar Zetizen National Challenge Go to New Zealand dari Jawa Timur. Eits, Bashroni nggak cuma ingin mengabdikan gambar keindahan langit lho!

’’Aku punya prinsip ingin bermanfaat bagi orang lain. Makanya, dari kecintaanku, aku ingin bisa diingat orang,’’ jelas cowok yang disapa Roni itu.

Roni pun berusaha menginisiatori ekskul astronomi di Surabaya! Uniknya, Roni bukan mahasiswa jurusan astronomi. Dia berkuliah di Jurusan Ilmu Politik Universitas Airlangga. Meski begitu, Roni tetap mencintai astronomi. Dia membentuk ekskul astronomi pertama di mantan sekolahnya, SMAN 9 Surabaya. Komunitas yang dinamai Astronix itu pun menjadi ekskul astronomi pertama di Jawa Timur! Selanjutnya, Roni mulai menginisiatori ekskul astronomi di sekolah-sekolah lain. Mulai SMPN 3 Surabaya, SMAN 6 Surabaya, hingga SMAN 4 Surabaya.

Ekskul Astronomi Surabaya
Kegiatan Bashroni dengan ekskul astronomi yang diinisiasinya (Foto: dok. pribadi)

 

Tentu banyak kesulitan yang Roni hadapi selama mendirikan ekskul tersebut. ’’Masalah yang utama adalah biaya. Karena kami adalah kumpulan pelajar, sulit beli alat-alat yang relatif mahal. Contohnya aja, teleskop dan kacamata matahari,’’ kata Roni. Namun, masalah itu nggak mengurangi semangat Roni. Dia mengakalinya dengan kreativitas, yaitu membuat sendiri! ’’Jadi, bisa lebih menghemat,’’ ucapnya.

Bagi Roni, astronomi adalah ilmu penting yang harus dikembangkan Indonesia. ’’Aku ingin membantu menyadarkan, memberi usulan, dan mendorong para pemangku jabatan untuk bertindak nyata tentang kemajuan saintek. Hal ini penting banget!’’ tegasnya. Yap, Roni yakin astronomi banyak bermanfaat bagi manusia. ’’Misalnya, untuk navigasi, komunikasi, pertahanan, dan lain sebagainya,’’ jelasnya. Dia percaya Indonesia berpotensi mengembangkan astronomi agar bisa bersaing dengan negara lain. Well, semangat terus buat Roni!

 

Nabila Yasmindira, SMAN 18 Surabaya

Tetap Konsisten karena Cinta Literasi

Sebagai penggemar literasi, Nabila Yasmindira nggak mau memendamnya sendiri. Dia ingin anak muda lain punya minat baca tinggi. Tercetuslah gagasan membuat program Lapak Literasi. ’’Lapak Literasi adalah wadah kita bisa membaca buku bersama, melakukan bedah buku, hingga berdiskusi tentang pendidikan,’’ jelasnya. Nggak heran, aksi itu mengantar Nabila menjadi salah seorang Alpha Zetizen 2017 dari Jawa Timur.

Di sana banyak kegiatan yang dapat dilakukan. Misalnya, sekadar mampir membaca buku, melakukan diskusi terbuka, dan menerima sumbangan buku. Pengunjungnya pun nggak dibatasi usia lho. Semua kalangan boleh join. ’’Siapa pun bisa baca buku di situ. Jadi, bentuknya semacam perpustakaan, tapi di pinggir jalan, he he,’’ kata cewek 18 tahun tersebut.

Aksi positif itu cukup melibatkan banyak pihak. Karena itu, Nabila juga bekerja sama dengan Aliansi Pelajar Surabaya. ’’Organisasi itu bergerak di bidang sosial dan pendidikan. Kebetulan, aku juga menjadi salah seorang penggagasnya. Jadi, Lapak Literasi adalah salah satu program literasi kami yang awalnya digagas untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional,’’ ujar Nabila.

Lapak Literasi
Lapak Literasi yang dibuka untuk meningkatkan minat baca anak muda (Foto: dok. pribadi)

 

Meski jelas punya dedikasi tinggi pada dunia yang dicintainya itu, ternyata ada aja oknum yang nyinyir dan bilang Nabila sok pintar! ’’Sedih, ada juga yang nggak suka sama apa yang aku lakuin. Bahkan, ada yang ngerobek-robek buku favoritku, tapi nggak ada yang ngaku,’’ ungkapnya. Namun, kerja keras Nabila mengalahkan segalanya. Dengan semangatnya, dia bisa mengatasi semua masalah.

’’Menang atau kalah sebenarnya nggak terlalu penting buatku. Sebab, tujuanku mengikuti Zetizen National Challenge adalah bukan untuk menang, tapi untuk memotivasi teman-teman melakukan aksi positif dan terus melanjutkan aksi positif yang udah aku mulai,’’ tutur siswi SMAN 18 Surabaya tersebut. Cheers, Nabila!

 

Dwi Prastyo Nugroho, Universitas Negeri Malang

Mudahkan Tunanetra Belajar dengan Aplikasi Khusus

Berguna bagi orang lain selalu menjadi keinginan Dwi Prastyo Nugroho. Berawal dari rasa empati terhadap tukang pijat tunanetra langganan keluarganya, cowok yang akrab disapa Tio itu menggagas suatu aplikasi yang ditujukan untuk penderita tunanetra. Karena itulah, dia berhasil menjadi salah seorang finalis 5 besar Zetizen National Challenge dari Jawa Timur.

Aplikasi tersebut dinamai Kabituna, akronim dari kamus bahasa Indonesia untuk tunanetra. Yap, aplikasi itu emang berbentuk kamus bahasa Indonesia dengan basis Android. ’’Ide ini muncul ketika pak tukang pijatnya nggak paham istilah tertentu. Beliau kesulitan buat Googling akibat keterbatasannya. Aku jadi tertarik membuat aplikasi yang bisa memudahkan para tunanetra memahami istilah-istilah,’’ kata Tio.

Untuk mencari tunanetra guna melakukan uji coba, mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Negeri Malang tersebut pergi ke beberapa dinas sosial di Jatim, tepatnya di Malang dan Tulungagung. ’’Di sana aku mendapati beberapa tunanetra yang aktif menggunakan Android,’’ jelasnya. Eits, Tio sampai meraih penghargaan dari wali kota Tulungagung!

Kabituna untuk Tunanetra
Tio mencobakan aplikasinya kepada seorang tunanetra (Foto: dok. pribadi)

 

Banyak kesulitan yang Tio alami. Sebagai mahasiswa DKV, dia nggak banyak tahu tentang coding dan algoritma. Karena itu, dia membentuk tim. Dari sisi konten, Tio juga kesulitan ketika menemui kata-kata yang sulit didefinisikan. ’’Misalnya aja, warna. Target pengguna kami adalah tunanetra yang sulit memahami warna. Aku juga sulit memberikan pemaknaan warnanya,’’ ucapnya.

Yang jelas, saat ini Tio ingin mencari investor agar aplikasinya bisa menjadi start-up sukses dan bermanfaat. ’’Alhamdulillah, ada yang sedang tertarik jadi mitra. Ini masih aku perjuangkan,’’ tutur Tio. Meski menemui kesulitan, dia akan terus berusaha supaya Kabituna bisa segera digunakan tunanetra. Eh, kabarnya, minggu ini aplikasi Kabituna udah bisa diunduh di Play Store loh. Yuk, dukung dan nyobain!

 

Rizky Patria, SMA Ciputra Surabaya

Ciptakan Alat untuk Bantu Difabel Main Golf

Berkunjung ke panti difabel mungkin udah biasa. Tapi, membuat alat untuk membantu para difabel, itu baru unik. Yap, aksi positif tersebut datang dari Rizky Patria Wahyudi, siswa kelas XI SMA Ciputra Surabaya. Rizky menciptakan alat untuk membantu penderita gangguan keseimbangan bisa main golf lagi. Inovasi uniknya itu pun berhasil mengantarnya sebagai salah seorang Alpha Zetizen dari Jawa Timur.

Ide unik tersebut tercetus ketika dia exchange ke Kanada tahun lalu. ’’Host mom-ku ngajak ketemu pasiennya, David. Ternyata dia dulu pemain golf, tapi nggak bisa main lagi karena kehilangan keseimbangan akibat kecelakaan,’’ ungkap Rizky. Nggak pengin melihat orang lain kehilangan mimpi, Rizky menciptakan alat yang dapat membuat David bermain golf lagi. ’’Aku tersentuh. Karena aku juga main golf, aku tahu rasanya,’’ kata Rizky.

Berkat kerja sama dengan home sister-nya, terciptalah alat yang dinamainya Flexi Golf. Besi dipilih sebagai bahan utama. ’’Yang utama adalah pipa besi ukuran ¾ inci, plate setebal 3/8 inci, dua garage door spring, dan sadel sepeda. Aku membeli semua bahan-bahan yang aku butuhkan di toko hardware di Kanada,’’ jelas Rizky.

Flexy Golf
Rizky saat membuat Flexi Golf di Kanada (Foto: dok. pribadi)

 

Karena bahannya banyak dan mahal, Rizky menghabiskan sekitar CAD 500 atau Rp 5 jutaan. Tapi, niat baik pasti ada balasannya. Selain berhasil bikin David bisa main golf lagi, Flexi Golf itu menuai apresiasi besar. ’’Bersyukur banget. Aku dapet 7 penghargaan di science fair tingkat kota, 1 medali perunggu tingkat nasional Kanada, serta 2 beasiswa di University of Ottawa dan Western University,’’ ujarnya.

Namun, karena alat itu diciptakannya buat David, Rizky meninggalkan Flexi Golf-nya di Kanada ketika balik ke Indonesia Juli lalu. Di sini Rizky pun berjanji tetap mengembangkan penemuannya tersebut. Bahkan, kalau bisa, dia ingin alat ciptaannya berguna untuk kalangan lebih luas.

’’Membuat Flexi Golf di sini lebih sulit karena bahan-bahannya nggak selengkap di Kanada. Tapi, sekarang aku sedang berusaha mengembangkan alat ini biar bisa digunakan bukan cuma buat golf, tapi juga untuk membantu setiap penderita vestibular disorders beraktivitas,’’ tuturnya.

 

Azmi Izuddin, SMA Muhammadiyah 10 Surabaya

Sebar Manfaat Bangun Pagi

Bagi remaja zaman sekarang, bangun pagi mungkin susah dilakukan. Apalagi kalau suka begadang dan nongkrong bareng teman-teman. Nah, agar teman-temannya terbiasa bangun pagi, Azmi Izuddin mendirikan organisasi Gerakan Pelajar Subuh Berjamaah (GPSB). Gebrakan itulah yang mengantar Azmi menjadi finalis 5 besar Zetizen National Challenge dari Jawa Timur.

GPSB mulai digagas Azmi pada awal 2017. Kebetulan, waktu itu dia menjabat ketua OSIS di sekolahnya. ’’Aku buat gerakan ini karena pelajar biasanya sulit bangun pagi. Aku juga prihatin melihat masjid yang biasanya sepi ketika salat Subuh,’’ ungkapnya. Karena itu, dia mengajak teman-teman sekolahnya mulai salat Subuh berjamaah.

Lambat laun, GPSB ternyata direspons positif oleh berbagai pihak hingga bisa menggandeng sekolah-sekolah lain. ’’Sekarang banyak pelajar dari sekolah lain yang bergabung. Jadi, salatnya bukan cuma di masjid SMA-ku, tapi juga di masjid-masjid lain,’’ ujar Azmi.

Gerakan Pelajar Subuh Berjamaah (GPSB)
Azmi mengajak pelajar beraksi positif sejak pagi (Foto: dok. pribadi)

 

Nah, menurut Azmi, banyak hal positif yang bisa diperoleh dari mengikuti GPSB. Bukan hanya dari sisi agama, banyak pula kebaikan lain dari bangun pagi. ’’Kegiatan kami nggak hanya mengajak salat Subuh, tapi juga kegiatan positif lain. Misalnya, membantu orang tua dan menyiapkan pelajaran agar nggak tergesa-gesa,’’ jelasnya.

Yap, di samping melaksanakan ibadah salat, GPSB sering melakukan diskusi hingga bakti sosial. Misalnya, diskusi bersama setelah salat Tahajud atau bagi-bagi sahur di jalan pada Ramadan lalu. Tentu aja, pelajar nggak akan telat berangkat ke sekolah karena udah bangun dan beraktivitas pada pagi hari.

Karena itulah, tujuan didirikannya GPSB ini nggak hanya mengingatkan kewajiban menunaikan salat Subuh, tapi juga membentuk karakter pelajar yang budiman. ’’Makanya, biasanya anggota GPSB nggak boleh tidur setelah salat Subuh. Sebaiknya mengerjakan hal lain yang positif,’’ tutur cowok yang tinggal di Panti Asuhan Muhammadiyah sejak kelas VII tersebut.

Azmi ingin gerakan itu bisa lebih luas diperkenalkan di kalangan pelajar. Sebab, menurut dia, gerakan tersebut sangat bermanfaat bagi pelajar, terutama karena banyaknya pelajar yang sulit bangun pagi. ’’Aku ingin bisa bekerja sama dengan pemerintah atau lembaga karena GPSB kan sesuai dengan arah kebijakan Mendikbud, yaitu pendidikan karakter,’’ terang Azmi.

 

Penulis: Farahiyah, Irma

RELATED ARTICLES

Please read the following article